Jumat, 29 April 2011

stop Dreaming Start Action

Kalau berbicara tentang Stop Dreaming Start Action maka saya yakin itu perlu belangsung jangka panjang, istilah motivasi ini tidak hanya untuk sehari atau dua, bukan pula hanya sesaat karena dipicu oleh faktor external seperti hadiah misalnya. Mungkin Stop Dreaming Start Action bahkan perlu berlangsung sampai mati nanti, hehe.. Contohnya ketika seseorang sedang sakit parah maka bentuk dari Actionnya misalnya dengan berbagai cara mencoba membangkitkan semangat hidup, memberi motivasi pada diri sendiri. Berdoa dan bersyukur dalam hati juga merupakan action walaupun memang bukan pekerjaan fisik, dan itu tidak hanya untuk hari ini saja bukan? Bentuk Action yang lebih kuat tentunya berdoa yang diiringi dengan usaha dan bersyukur dalam hati yang juga diiringi dengan beramal sholeh seperti berbagi dan bersedekah baik harta maupaun ilmu. Semua itu adalah Action yang perlu kita lakukan jangka panjang. www.artikelmotivasi.net

Minggu, 27 Maret 2011

INSTING

Disadari atau tidak, harta bawaan yang diberikan Allah SWT semenjak diri kita bernafas untuk pertama kali adalah Insting alias naluri. Berbekal harta bawaan inilah kita berjalan mengarungi Indah dan kejamnya samudra luas yang dinamakan kehidupan. Sebagai pemberian Allah SWT, Insting selalu bersifat suci dalam artian tidak mau dikotori.

Kalau kita mau menengok kedalam sini, dan berusaha usaha mengenali insting, maka kita faham bahwa insting utama dari manusia adalah beladiri. Kalau kita bicara beladiri maka assumsi yang menjalar di pikiran kita adalah suatu bentuk kasar berupa gerakan2 beladiri seperti Silat, karate atau aneka jenis bentuk beladiri yang bersifat maskulin.
Tidaklah terlalu selalu salah, jika gambaran semacam itu menguasai pikiran, karena memang kita mungkin hanya menerima informasi yang sangat minimal, bahwa insting manusia adalah beladiri.

Pada hakekatnya insting akan muncul karena perasaan takut. Tidak ada satu manusiapun dimuka bumi yang tidak punya rasa takut. Meski sesorang akan sangat marah jika dibilang takut atau dibilang pengecut. Insting yang duduk pada RASA, selalu memberitakan perasaan takut. Hal inisudah menjadi gelar yang nyata, bahwa manusia sebenarnya sangat takut dengan rasa sakit dan lapar. Tidak satupun manusia yang ingin kelaparan, tidak satu manusia yang ingin sakit atau disakiti.
Entah berapa banyak cost yang dikeluarkan hanya untuk menghindari dua speisis yang bernama sakit dan lapar.

Dari usia dini, orang tua kita memberikan pendidikan yang tujuanya agar kelak diri kita dapat membela diri dari serangan kelaparan atau sakit. Entah sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk maksud tersebut.
Contoh nyata yang bisa kita petik, mengapa kita perlu konsul ke dokter kalau dirasakan terjadi gangguan kesehatan. Tentu karena kita membela diri kita agar rasa sakit, atau rasa tidak nyaman tidak hadir berkepanjangan bertengger di badan kita.
Mengapa kita harus sekolah sampai setuntas mungkin. Hasil dari sekolah kelak digunakan untuk bekerja agar kita sanggup minimalnya memelihara diri untuk beladiri agar kita tidak kelaparan. Jelas apapun aktivitas kita selama ini, intinya adalah beladiri yang dipicu oleh harta bawaan yang kita bawa sejak lahir, yaitu Insting yang lebih focus pada beladiri.
Kalau saja kita paham bahwa insting manusia adalah beladiri, maka uraian diatas Insya Allah mampu menghapus gambaran keras dan kasar bahwa pengertian beladiri akan menjadi sangat lembut. Apalagi pada saat sekarang masih menjadi assumsi ilmu2 beladiri seperti silat masih mendapat cap ilmu kampungan dan atau ada banyak jenis ilmu beladiri diangpap sekarang ilmu yang penuh kekerasan.

Dalam hal bergeraknya insting sesuai dengan usia kedewasaan, maka gerak insting akan terbelah dua, yang membuat kita menjadi Intovert (tertutup) dan atau extrovert (terbuka). Kedua kejadian bukanlah pilihan. Satu diantara dua kejadian ini dipastikan dominan ada didalam diri kita, yang ditentukan oleh evolusi kesadaran dan kadar emisonal setiap orang dalam membela diri.
Kalau ditanya anda pilih yang mana ? Maka anda tidak bisa menjawab dengan pasti karena kedua kejadian intovert atau extrovert bukanlah suatu pilihan.

Yang perlu kita pahami adalah seberapa jauh kita menyadari kadar intovert dan kadar extrovert menguasai diri kita. Sebagai gambaran kalau kadar intovert diri kita lebih dominanmaka kita akan menjadi manusia yang penuh misteri.

Didalam diri ini sebenarnya ada 4 ruang yakni:

Ruang Pertama adalah Ruang AKU TAHU, ORANG LAIN TAHU.

Ruang kedua adalah ruang AKU TAHU, ORANG LAIN TIDAK TAHU.

Ruang ketiga adalah ruang AKU TIDAK TAHU. ORANG LAIN TAHU.

Ruang ketiga adalah ruang AKU TIDAK TAHU. ORANG LAIN TIDAK TAHU.

>Kita ambil contoh sederhana saja seperti uraian dibawah ini, guna mendapat gambaran yang lebih jelas.
Misal kalau kita menyimpan rahasia, dimana biasanya rahasia terdiri dari speises negatip berupa kebobrokan moral. Maka Kebobrokan moral akan menempati ruang kedua AKU TAHU ORANG LAIN TIDAK TAHU. Bentuk kebobrokan moral seperti apa sih yang disimpan di ruang kedua itu ? Yah tidak jauh dari kelamnya masa lalu, perselingkuhan, pacaran dengan suami orang lain, pacaran dengan istri orang lain, pernah membunuh orang lain, janji palsu dan banyak lagi yang tidak bisa disebut satu persatu.

Sejalan dengan waktu, ruang kedua AKU TAHU ORANG LAIN TIDAK TAHU akan menjadi penuh. Tak bisa lagi menampung. Maka akan meluber kedalam ruang pertama AKU TAHU ORANG LAIN TAHU. Kalau rahasia sudah meluber mengisi ruang pertama AKU TAHU ORANG LAIN TAHU, maka dengan waktu yang singkat semua rahasia keboborokan moral yang disimpan rapi akan terbongkar. Terbongkarnya rahasia bukanlah disebabkan oleh faktor extern. Tetapi merupakan dorongan energi Insting yang didalam diri kita sendiri, menggetarkan orang lain, untuk bebas dari berbagai bentuk kekotoran perilaku pribadi kita. Maka diluar kewajaran jika rahasia diri terbuka kemudian menuding orang lain bersalah. Kita harus memahami Insting memiliki energi kuat yang bisa menggetarkan orang lain, dan Insting yang ada didalam diri kita, berusaha menembus sumbatan sumbatan moral yang ditutup oleh nafsu.

Kajian contoh diatas, adalah merupakan peristiwa biasa yang masuk logika setiap orang. Kalau kita mau mengkaji lebih dalam lagi dengan kajian “human engineering”. Kesemua ini berangkat dari Insting manusia sebagai Harta bawaan hadiah Allah SWT.
Insting hadiah Allah SWT adalah suci. Insting tidak mau dikotori oleh perilaku raga yang kotor menyimpang dari Hukum Allah. Oleh karena itu berterima kasihlah kepada Insting yang selalu setia membela diri kita tanpa pamrih, tanpa menginginkan imbalan. Insting Hanya memerlukan perjalanan hidup yang baik dari raga kita. Agar diri kita dapat menciptakan sejarah hidup yang baik

Selasa, 08 Maret 2011

MENDENGAR BUKAN MENDENGARKAN

Alih-alih pasif, mendengarkan yang epektif lebih bersifat aktif, anda tidak ubahnya alat perekam suara. Anda menyerap informasi yang diberikan. Sebaliknya, mendengarkan secara aktif mensyartkan anda untuk “masuk” kedalam benak sipembicara sedemikian rupa sehingga anda dapat memahami komunikasi tersebut dari sudut pandangnya. Sebagai pendengar aktif, anda berusaha memahami apa yang ingin dikomunikasikan oleh pembicara melebihi apa yang ingin anda pahami. Anda juga memperlihatka penerimaan atas apa yang dikatakan. Anda mendengarkan secara objektif tanpa menghakimi isinya. Akhirnya, sebagai pendengar aktif, anda bertanggung jawab agar ia menyelesaikan pembicaraannya. Anda melakukan apapun yang perlu untuk mendapatkan makna yang sepenuhnya dimaksudkan oleh si pembicara melalui komunikasi tersebut.

Delapan perilaku berikut ini terkait dengan keterampilan mendengarkan-aktif yang epektif. Bila anda ingin memperbaiaki keterampilan anda dalam mendengarkan, cermati perilaku berikut ini sebagai panduan.

1. Lakukan kontak mata

2. Tunjukan anggukan kepala yang berarti afirmasi dan ekspresi wajah yang tepat

3. Hindari tindakan atau gerakan tubuh yang membingungkan

4. Ajukan pertanyaan

5. Ulangi dengan cara lain

6. Hindari mengintrupsi pembicara

7. Jangan mengoceh

8. Butlah transisi yang mulus antara peran sebagai pembicara dan sebagai pendengar

KARISMA DAPAT DIPELAJARI

Dulu kita berfikir orang karismatik dilahirkan. Akan tetapi, bukti terakhir menyatakan sebaliknya. Individu-individu dapat dilatih untuk menunjukan perilaku karismatik dan karena itu dapat menikmati keuntungan yang menyertai label “ individu yang karismatik”.

Telah ditunjukan bahwa seseorang dapat belajar menjadi karismatik dengan mengikuti proses tiga-langkah. Pertama, anda perlu mengembangkan aura karisma dengan memelihara pandangan yang optimistic, menggunakan semangat dan gairah sebagai katalis untuk membangkitkan antusiasme, danmengomunikasikan dengan keseluruhan tubuh, bukan hanya dengan kata-kata. Kedua, anda harus menarik yang lain dengan menciptakan suatu ikatan yang mengilhami orang lain untuk mengikuti. Dan ketiga, anda perlu mengeluarkan potensi yang dimiliki pengikut dengan membuka jalan masuk kedalam emosi mereka.

LUPAKAN SIFAT-SIFAT PERHITUNGKAN PERILAKU

Sebagian besar dari kita memiliki keyakinan kuat terhadap kekuatan sifat-safat untuk memperkirakan perilaku. Kita mengetahui bahwa orang berprilaku berbeda didalam situasi yang berbeda, tetapi kita cenderung mengelompokan orang berdasarkan sifat-sifat mereka, memaksakan penilaian berkenaan dengan sifat-sifat tersebut (percaya diri adalah “baik”; bersikap patuh adalah “buruk”), dan mengevaluasi orang berdasarkan klasifikasi ini.

Meskipun sifat kepribadian secara umum stabil sepanjang waktu, serangkaian bukti memperlihatkan bahwa sifat seseorang individu diubah oleh organisasi yang individu tersebut berperan serta didalamnya. Terlebih lagi, secara tipikal orang mengikuti berbagai organisasi (misalnya, komunitas, keagamaan, social, atletik, dan politik) yang seringkali melibatkan berbagai jenis orang yang sangat berlainan, dan mereka beradaptasi terhadap situasi-situasi yang berbeda tersebut. Faktanaya ialah bahwa orang bukanlah tawanan dari bingkai kepribadian yang kaku dan stabil. Mereka bisa, dan memang bisa, menyesuaikan perilaku mereka untuk mencerminkan kebutuhan terhadap situasi.